CHEMINFO
Chem In Myth
Fluoride Penyebab Gigi Keropos
Sering kita mendengar tentang
pentingnya fluoride pada pasta gigi yang banyak digembar-gemborkan iklan
pasta gigi. Namun, sudahkah
kita tahu berbagai macam fakta mengenai pengaruh zat ini pada gigi?
Fluoride adalah
ion bermuatan negatif yang terbentuk dari unsur fluor. Karena afinitas
elektron yang tinggi dan ukurannya yang relatif kecil, fluoride adalah
basa yang tergolong kuat. Zat ini banyak digunakan pada produk pasta gigi
karena diyakini dapat mencegah pengeroposan gigi.
Gigi keropos atau pulpitis
merupakan pengeroposan akibat kerusakan pada struktur gigi yang berdampak pada
email (lapisan keras yang melindungi gigi) dan lapisan terluar gigi, yang terus
menjalar pada lapisan dentin dan pulpa. Menurut drg Kuniawan Abdi dari Rumah
Sakit Pusat Pertamina, penyebab dari gigi keropos secara umum adalah timbunan
plak dari makanan dan kurang asupan kalsium dan mineral serta faktor keturunan.
Bakteri yang terdapat pada plak gigi dapat mengeluarkan asam yang dapat
melarutkan mineral pada gigi.
Mineral pada gigi terdeposisi
dalam bentuk hidroksiapatit. Hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) merupakan suatu zat keras
penyusun sekitar 95% email gigi. Reaksi berikut dapat terjadi saat permukaan
gigi terpapar oleh asam:
Ca10(PO4)6(OH)2 + 8H+ ® 10Ca2+ + 6HPO42- + 2H2O
Semakin banyak asam, maka
semakin banyak hidroksiapatit yang terlarut dalam air.
Fluoride berfungsi
mengembalikan mineral (remineralisasi) gigi dan menghilangkan bakteri pada plak
gigi. Fluoride yang bersifat basa kuat dapat menaikkan pH air liur. Jika
kita melihat persamaan reaksi di atas, dapat disimpulkan bahwa hal ini secara
signifikan dapat mengurangi pengikisan hidroksiapatit karena konsentrasi H+ akan berkurang.
Namun, perlu diwaspadai bahwa
kelebihan fluor dapat mengakibatkan terjadinya fluorosis. Kadar fluor
yang direkomendasikan adalah 0,05-0,07 mg F/kg/hari. Fluorosis gigi
pada tahap awal ditunjukkan dengan adanya bercak pada gigi atau warna gigi
yang tidak bersih. Pada tahap akut, flourosis mengakibatkan banyak lubang pada
gigi dan noda coklat permanen pada permukaan gigi.
Fluorosis dimulai
saat masa pertumbuhan dan perkembangan gigi.
Ca10(PO4)6(OH)2 + 20F- + 2H+ ® 10CaF2 + 6PO43- + 2H2O
Reaksi di atas menunjukkan
pembentukan kalsium fluoride pada kondisi fluoride berlebih.
Secara langsung terlihat bahwa hidroksiapatit akan terdekomposisi seiring
terbentuknya kalsium flourida. Hal ini tentu sangat membahayakan pada fasa
perkembangan anak usia 1-4 tahun.
Pada masa perkembangan gigi,
konsentrasi fluoride berlebih pada permukaan gigi akan mengikis mineral
penting penyusun enamel gigi secara signifikan. Gigi dalam tahap perkembangan
masih rentan terhadap ‘serangan’ zat asing. Dampaknya, saat mencapai tahap
dewasa, gigi akan mengandung banyak lubang.
Sumber fluor banyak
terdapat pada air minum, suplemen, dan pasta gigi fluoride topikal).
Air yang bersumber dari sumur yang lebih dalam memiliki kandungan fluor yang
lebih tinggi.
The New Zealand National Health
Service plan menemukan bahwa anak-anak di kota yang airnya tidak ditambahkan fluoride
memiliki gigi yang sedikit lebih baik dibandingkan pada kota yang airnya
ditambahkan fluoride.
Bagi anak-anak yang kekurangan fluoride
dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen fluoride. Namun, hal ini harus
mempertimbangkan pula jumlah fluor yang ia peroleh dari air minum
sehingga dosis suplemen yang diberikan bisa sesuai dengan kebutuhan. Anak-anak
yang memeroleh fluor cukup pada air yang ia minum tidak membutuhkan
suplemen fluoride lagi. Anak berumur 5 tahun menelan sekitar 30% dari
jumlah pasta gigi yang ia gunakan. Jika secara bersamaan ia juga meminum air
yang mengandung fluor, maka resiko mengidap fluorosis akan
semakin besar. Oleh karena itu diperlukan langkah pencegahan timbulnya penyakit
fluorosis, yaitu dengan cara mengurangi jumlah pasta gigi yang digunakan
atau menggunakan pasta gigi tanpa fluoride, mengajarkan kepada anak agar
tidak menelan pasta gigi, dan tidak menggunakan pembilas mulut yang mengandung
fluoride. Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak selalu
menguntungkan.
Referensi:
Alvarez, Jenny Abanto. 2009. Dental fluorosis:
Exposure, prevention and management. J Clin Exp Dent.;1(1):e14-18
Thiessen, Kathleen M. 2011. General Comments on the Fluoridation of
Drinking Water for Prevention of Dental Caries. SENES Oak Ridge, Inc.
Komentar